Kearifan Lokal Masyarakat Samosir

 

Kearifan Lokal Di Samosir

Pendahuluan

Membahas kearifan lokal yang ada di masyarakat Provinsi Sumatera Utara sebenarnya cukup menarik, tetapi sayang masih terbatas dalam literatur yang ada. Disamping itu kearifan lokal yang ada tidak terlalu menonjol sebagaimana yang ada di daerah lain. Hal ini disebabkan dengan beragamnya suku yang mendiami di daerah Sumatera Utara. Masing-masing suku memiliki tata cara sendiri.

Dengan segala keterbatasan tersebut Saya tetap mencoba menjabarkan kearifan lokal yang ada di salah satu wilayah di Sumatera Utara yaitu Samosir. 

Metode Penulisan

Metode penulisan yang saya gunakan yaitu hasil studi Pustaka dan hasil survey cerita ini diambil dari beberapa situs internet dan Museum Batak di Simanindo


1. Rumah Adat ( Rumah Bolon) 

Ruma Bolon adalah rumah adat dari sumatra utara / suku Batak yang ada di Indonesia.Rumah Bolon berasal dari daerah Sumatra Utara Rumah Bolon adalah simbol dari identitas masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara. Pada zaman dahulu kala, rumah Bolon adalah tempat tinggal dari 13 raja yang tinggal di Sumatra Utara.13 Raja tersebut adalah Raja Ranjinman, Raja Nagaraja, Raja Batiran, Raja Bakkaraja, Raja Baringin, Raja Bonabatu, Raja Rajaulan, Raja Atian, Raja Hormabulan, Raja Raondop, Raja Rahalim, Raja Karel Tanjung, dan Raja Mogam.Ada beberapa jenis rumah Bolon dalam masyarakat Batak yaitu rumah Bolon Toba, rumah Bolon Simalungun, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon Pakpak, rumah Bolon Angkola.Setiap rumah mempunyai ciri khasnya masing-masing. Sayangnya, rumah Bolon saat ini jumlah tidak terlalu banyak sehingga beberapa jenis rumah Bolon bahkan sulit ditemukan.Saat ini, rumah bolon adalah salah satu objek wisata di Sumatra Utara. Rumah Bolon adalah salah satu budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
Mengupload: 210022 dari 210022 byte diupload.
Rumah Boloon ini memiliki berbagai jenis ukiran dan ukiran itu masing masing memiliki arti yang berbeda dan dibawah sudah saya berikan sebuah link utnutuk mengetahui arti dari setiap ukirannya https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/panggung/article/download/20/24


2. Letak Geografis Iklim dan Cuaca

Iklim dan Cuaca Sebagai daerah pertanian dan sebagian penduduknya hidup dan menggantungkan dengan pertanian, curah hujan merupakan salah satu faktor eksternal yang menentukankeberhasialn pertanian penduduk. Rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir pada tahun 2003 berdasarkan hasil pengamatan dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan adalah sebesar 177 mm / bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 11 hari.

Temperatur Kabupaten Samosir berkisar antara 170 C –  290 C dengan kelembaban udara rata-rata 85 persen dan tergolong dengan beriklim tropis.
Curah hujan tertinggi terjadi bulan November dengan rata-rata 440 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni s/d Agustus berkisar dari 31 s/d 56 mm per bulan, dengan hari hujan 5 s/d 7 hari. Kecamatan yang tertinggi rata-rata curah hujannya adalah Harian sebesar 302 mm, sedangkan yang terendah adalah Nainggolan rata-rata sebesar 120 mm.
Sifat Permukaan dan Kemiringan Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 – 1.700 m di atas permukaan Laut, dengan komposisi;
700 m s/d 1.000 m dpl =  ± 10 %
1.000 m s/d 1.500 m dpl =  ± 25 %
> 1.500 m dpl =  ± 65 %Dengan Komposisi kemiringan sebagai berikut :
0 – 20  (datar) =  ± 10 %
2 – 150  (landai) =  ± 20 %
15 – 400  (miring) =  ± 55 %
> 400  (terjal) =  ± 15 %Jenis Tanah Topografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang.
Penggunaan Lahan Kabupaten Samosir memiliki 10 buah sungai yang keseluruhannya bermuara ke Danau Toba. Sebahagian dari sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk mengairi lahan sawah seluas 3.987 ha, lahan sawah yang beririgasi setengah teknis (62,13 % dari luas yang ada). Panjang saluran irigasi di Kabupaten Samosir mencapai 74,77 km, terdiri dari irigasi setengah teknis 70,63 km (21,53 km saluran primer dan 49,10 km saluran sekunder) dan irigasi sederhana 4,14 km.Luas lahan produktif di Kabupaten Samosir (2002) mencapai 69.798 ha, terdiri dari lahan sawah 7.247 ha (10,4 %), dan lahan kering 62.551 ha (89,6 %). Terbatasnya sarana irigasi, modal dan tenaga kerja kasar mengakibatkan hanya 14.110 ha (22,56 %) lahan kering yang dikelola. Selebihnya merupakan lahan tidur seluas 48.441 ha atau 77,44 % dari lahan kering yang dapat dikelola.
Secara Geografis Kabupaten Samosir terletak pada 20 24‘ –  20 25‘ Lintang Utara dan 980 21‘ –  990 55‘ BT. Secara Administratif Wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh Kabupaten, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun; di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir; di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan; dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.



3. Potensi Keunggulan Pertanian Di samosir 


sektor pertanian mendominasi lapangan kerja dan sumber pendapatan penduduk Kabupaten Samosir. Tenaga kerja yang terserap dalam sektor pertanian sebesar 82,60% dari total tenaga kerja Komoditi yang potensial dikembangkan di Kabupaten Samosir yaitu padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, bawang merah, cabai, tomat, kentang dan kubis. Kondisi sektor pertanian tergambarkan sebagai berikut :

No

Komoditas

Luas Lahan

Yang Tersedia

(Ha)

Lahan Yang

Sudah

Dimanfaatkan

(Ha)

Lahan

Potensial

(Ha)

Produksi/

Tahun

(Ton)

Produktifitas

(Ton/Ha)

Sentra

Produksi

Daerah

Pemasaran

1

2

3

4

5 = 3-4

6

7

8

9

1.Padi Sawah6.5308.305-1.77543.966,75,29Palipi, Harian, Sianjur Mula-mulaPasar Lokal
2.Jagung13.5111.47210.47971.068,248,28Simanindo, Harian, Sianjur Mula-mulaPasar Lokal
3.Kacang Tanah1922841,48Palipi, NainggolanPasar Lokal
4.Kedelai2818,40,66Palipi, NainggolanPasar Lokal
5.Ubi Kayu2367.616,732,27Harian, Sianjur Mula-mula, RonggurnihutaPasar Lokal
6.Ubi Jalar1653.208,619,45Harian, Sianjur Mula-mula, RonggurnihutaPasar Lokal
7.Bawang Merah1671.113,96,67Simanindo, Harian, Sianjur Mula-mulaPasar Lokal
8.Cabai2302.081,59,05Simanindo, Nainggolan, Sitio-tioPasar Lokal
9.Tomat514.518,688,60Simanindo, Nainggolan, Sitio-tioPasar Lokal
10.Kentang40010.00025Harian, Sianjur Mula-mulaPasar Lokal
11.Kubis911.719,918,90Harian, Sianjur Mula-mulaPasar Lokal

4 Pakaian Adat ( Ulos)

Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat BatakSumatra Utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.
Warna dominan pada ulos adalah merahhitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, tetapi kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk suvenir, sarung bantal, ikat pinggangtaspakaian, alas meja, dasidompet, dan gorden.
Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.
Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelabuhan Bersender

Arah Perahu