"Tunggu Aku Dua Tahun Saja"
Terkadang tawa hanyalah kedok, Tragedi yang belajar tersenyum dalam sunyi, Kisahku dan dia—bukan sekadar komedi, Tapi pelajaran tentang cinta dan kehilangan diri. Sejak dia pergi, aku bukan aku lagi, Langkahku limbung, jalanku tak pasti, Wanita nomor dua dalam hidupku, Setelah ibu, dia yang tunjukkan indahnya dunia. Dia bicara tajam, tapi hatinya lembut, Menjadi pelabuhan kala badai memeluk, Tapi aku terlalu sering diam, Terlalu sering pura-pura kuat, Padahal, di sisinya, aku cuma pria kecil Yang ingin bersandar dan tertidur di peluknya. Kami tak perlu banyak kata, Hanya lagu, senja, dan kebersamaan yang sederhana, Dari SO7 ke Marsada, Dari diam ke tawa lepas tanpa jaga citra. Dia ajak aku bermain, Bukan hanya game, tapi hidup yang ringan, Dia tak peduli aku kalah, Karena baginya, cukup duduk bersamaku saja. Lalu aku sadar—aku belum layak. Bukan karena cinta yang pupus, Tapi karena diri yang belum utuh. Maka aku berjanji, dalam diam, Akan kembali padanya dala...