Anonim

Aku mulai cerita ini dari kisah beberapa bait puisi, tentang sebuah kapal yang kehilangan arah dan tujuan. Pelabuhan yang dulu tak lagi menerimanya, meninggalkan luka di hati yang hampa dan sepi. Terombang-ambing lama di tengah ketidakpastian, hingga suatu saat sinar muncul di kejauhan. Pelabuhan baru menawarkan tempat berteduh, memberi harapan di tengah keputusasaan yang kelam. Dengan keraguan, kapal itu mendekat, menanyakan dengan ragu, "Bolehkah aku bersandar di sini?" Pelabuhan itu menjawab, "Dengan senang hati," menawarkan kenyamanan dan rasa aman yang tak terperi. Tanpa ragu, kapal itu bersandar erat, menemukan kedamaian yang selama ini dirindukan. Di pelabuhan megah, penuh kemewahan dan keceriaan, kapal itu merasa bahagia, tak lagi dihantui kesepian. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Kapal itu mulai lalai, lupa diri dalam kemewahan. Dia lupa bahwa dia hanyalah kapal kayu tua, yang tak pantas berada di pelabuhan semegah itu. Pelabuhan itu pun mulai ...

aku mulai cerita ini dari kisah beberapa bait puisi yang kubuat dari sebuah kapal yang kehilangan arah karena pelabuhan yang dulu tak menerima dia kembali hingga suatu saat kapal itu terombang ambing cukup lama suatu pelabuhan menghubungi sikapal seolah memberikan isyarat bahwa kapal tersebut dapat bersender dipelabuhannya awalnya memang pelabuhan tersebut selalu bertanya apakah sang kapal mampu menerima pelabuhan itu dengan segala kekurangan nya dan dengan tegas kapal itu mencoba meyakinkan pelabuhan itu bahwa dia akan setia dan selalu bersender dikapal tersebut sikapal menjawab tanpa keraguan sedikit pun karna sikapal yakin hanya pelabuhan tersebut yang mau menerima sebuah kapal yang sudah lama kehilangan arah dan tjuan dengan segala dinamika yang terjadi akhirnya kapal nya bersender dipelabuhan tersebut tanpa disadari sikapal bahwa pelabuhan yang dia senderi sekarang terlalu megah buatnya semua ada di pelabuhan tersebut apa aja yang diinginkan sikapal sampai suatu saat pelabuhan ter...